VIRALAYAR - Kontestasi pilihan ketua umum PSSI mulai memanas dengan kemunculan tokoh kharismatik Erick Thohir (Menteri BUMN). Sebelumnya mantan ketua umum PSSI tahun 2015-2016 La Nyalla Mattalitti (Ketua DPD RI) lebih dulu mendaftar dengan visi bertekad memberantas mafia bola yang masih marak berkeliaran.
Menunjukan kesampahan PSSI, Erick Thohir juga punya keinginan membersihkan organisasi sepak bola nasional itu dari tangan-tangan kotor agar lebih bersih dan berprestasi. Keduanya akan bersaing dengan Arif Putra Wicaksono, Doni Setiabudi, dan Fary Djemy Francis. Ketiga nama lainnya, tampak hanya sebagai pupuk bawang dalam bursa pencalonan ketua umum PSSI.
Pemilihan ketua umum PSSI kali ini rasanya cukup seru untuk disimak dari sisi tragedi dan prestasi. Mundurnya Iwan Bule secara ksatria yang tidak diikuti dengan kemuduran wakilnya Iwan Budianto - masih dicalonkan sebagai wakil ketua umum - merupakan bentuk sikap pahlawan atas apa yang terjadi di Kanjuruhan.
Keputusan meminang pelatih kualitas dunia Shin Tae-yong menambah gairah pecinta sepak bola nasional untuk menunggu waktu meraih gelar Timnas Senior. Meski belum berprestasi (dipecundangi Vietnam) di Piala AFF, main grusa-grusu, gampang salah pasing sebagai teknik dasar bermain bola, nyatanya grafik permain timnas harus diakui semakin meningkat.
Berbeda dengan exco -yang ingin dibersihkan Erick Thohir- yang ingin prestasi timnas didapat secara instan sementara pembangunan training center masih belum terlaksana, pelaksanaan liga asal-asalan, dan program sepak bola usia dini biasa-biasa aja. Ya begitulah exco PSSI yang lebih suka menyalahkan orang lain daripada bercermin pada kebobrokan program sendiri.
Kemunculan Erick Thohir sebagai calon ketua umum PSSI menjadi angin segar bagi pecinta sepak bola. Setidaknya ada tiga alasan yang mendasari Menteri BUMN itu bakal mempecundangi La Nyalla dan segerombolan sampah PSSI.
Pengalaman
Erick Thohir sebelum menjadi “babu” Jokowi dikenal sebagai pengusaha sukses. Kecintaannya pada dunia olahraga membawa dirinya mengakuisisi berbagai klub kondang luar negeri seperti di bidang basket Philadelphia 76ers dan sepak bola D.C. United dan Inter Milan.
Pengalaman memimpin klub bola domestik juga ada dengan membeli aset di Satria Muda, Persib Bandung, dan Persis Solo. Erick Thohir paham betul teknik mengindustrikan sepak bola yang menarik dan profesional. Relasi dengan klub-klub luar negeri juga jadi pengalaman membawa timnas belajar mengumpan yang baik dan tidak gugup mencetak gol di depan gawang yang kosong.
Baca Juga : Permasalahan Sepak Bola Indonesia Gagal Berprestasi di Kancah Internasional
Modal
PSSI menjadi magnet para “tikus-tikus” memainkan anggaran sepak bola nasional. Patut dimaklumi kalau sepak bola merupakan industri olahraga yang paling banyak menarik minat sponsor dan paling dimanjakan pemerintah soal anggaran dana kemenpora. Belum lagi bantuan dari FIFA untuk membuat training center yang entah ke mana dananya.
Andai dipimpin Erick Thohir, modal melanjutkan kompetisi saya kira tidak akan sulit. Jabatan menteri BUMN memudahkan jalan mencari sponsor bagi klub dan akademi untuk menjalankan program pencarian pemain muda berbakat. Kekayaan Erick sebagai pengusaha juga mengurangi risiko sogokan dari mafia bola yang katanya masih aktif berkeliaran.
Entertain
Kehadiran Erick Thohir yang didampingi Raffi Ahmad, Kaesang Pangarep, Atta Halilintar, dan Baim Wong menunjukan semangat mengentertainkan sepak bola. Tidak ada lagi broadcasting yang memaksa memundurkan jadwal agar ratingnya naik. Semua akan dikemas semenarik Inggris Premier League.
Tak mengherankan juga kejutan di PT LIB yang akan menghadirkan VAR dan seleksi wasit anti suap. Tegas dan tidak takut pada ancaman-ancaman sporter kampungan. Sehatnya kompetisi yang dibungkus dengan visual yang menarik akan meningkatkan kepercayaan pemain dan pelatih internasional semacam Shin Tae-yong untuk tetap optimis pada masa depan sepak bola nasional.***
Freebet Terbaru
ReplyDeleteSyair HK
Syair SDY
Syair SGP
Post a Comment