Sejarah dan Keistimewaan Masjid Istiqlal di Jakarta

sejarah masjid istiqlal

VIRALAYAR - Sejarah Masjid Istiqlal di Jakarta dimulai pada tahun 1953 ketika para tokoh Islam semacam, KH. Wahid Hasyim, Agus Salim, Anwar Tjokroaminoto, serta bermacam elemen warga lain, berkumpul buat berunding tentang pendirian suatu masjid yang bakal jadi simbol kemerdekaan Indonesia. Bertepatan pada 7 Desember 1954, dibentuklah yayasan selaku panitia pendirian masjid. Para tokoh pemuka agama menyepakati pemberian nama Masjid Istiqlal selaku nama masjid, yang dalam bahasa Arab mempunyai makna kemerdekaan.

Pembangunan Masjid Istiqlal memakan waktu sepanjang 17 tahun. Pembangunan masjid diawali pada tahun 1961 dikala kepemerintahan Presiden Soekarno serta berakhir tahun 1978 di masa kepemerintahan Presiden Soeharto. Masjid Istiqlal jadi simbol toleransi keberagaman umat antaragama sebab lokasinya yang berseberangan dengan Gereja Katedral. Sebaliknya perancang masjid Istiqlal ialah Friedrich Silaban yang ialah seseorang Kristen Protestan.

Di masa pandemi, Departemen Agama hendak menyalurkan dorongan operasional kepada Tubuh Pengelola Masjid Istiqlal( BPMI) sebesar 15 miliyar rupiah tahun 2021. Kemenag yang dipandu Yaqut Cholil Qoumas pula lagi menggalakkan program masjid ramah anak, masjid ramah area, serta masjid ramah disabilitas.

Harapannya, Departemen Agama bisa bersinergi dengan Masjid Istiqlal yang ialah masjid negeri serta mempunyai kedudukan pembinaan untuk masjid/ musala yang lain di Indonesia. Program dorongan hendak diprioritaskan untuk wilayah 3T( Tertinggal, Terdepan, serta Terluar).

Tiap hari besar Islam semacam Ramadhan, salat Idul Fitri, salat Idul Adha, Tahun Baru Hijriah, Maulid Nabi Muhammad, sampai peringatan Isra Miraj, Presiden Republik Indonesia senantiasa mengadakan aktivitas keagamaan di masjid Istiqlal yang ditayangkan secara langsung lewat tv nasional( TVRI) serta sebagian stasiun tv swasta.

Makna Masjid

Kata masjid diucap 28 kali di dalam Alquran. Secara harfiah, masjid berasal dari bahasa Arab ialah; sajada, yasjudu, sujudan. Dalam Kamus al- Munawwir (1997: 610), sujud maksudnya membungkuk dengan khidmat. Dari penafsiran tersebut, hingga terbentuklah kata masjid yang ialah kata barang buat menampilkan makna tempat bersujud (isim makan dari fi‘ il sajada).

Sujud bisa dimaksud selaku aktivitas meletakkan kening ke tanah ataupun lantai, secara maknawi memiliki makna menyembah. Sebaliknya sajadah berasal dari kata sajjadatun yang maksudnya merupakan tempat yang dipergunakan buat bersujud, hadapi degradasi arti jadi selembar kain ataupun karpet yang terbuat spesial buat salat satu orang.

Sujud dalam penafsiran lahir berarti selaku gerak jasmani, sebaliknya dalam penafsiran batin berarti wujud dedikasi( Sidi Gazalba, 1994: 119). Hingga, dalam kewajiban beribadah ataupun bersembahyang ataupun salat, seseorang muslim tidak terikat oleh ruang. Rasulullah biasa salat di mana saja apabila waktunya memanglah telah tiba waktu salat.

Sejarah peradaban agama Islam diawali dari masjid. Masjid memiliki kedudukan sentral serta strategis dalam kehidupan muslim dari era ke era. Keberadaan serta guna masjid bukan cuma tempat buat melaksanakan salat berjamaah, lebih dari itu, masjid pula berperan selaku tempat pembinaan jamaah yang melahirkan terjadinya kesatuan umat dengan landasan keimanan serta ketakwaan.

Masjid ialah lembaga pembelajaran awal di dunia Islam serta universitas di dunia berasal dari masjid. Masjid hendak senantiasa jadi community center umat Islam sepanjang agama masih berakar di hati seseorang muslim. Jadi tempat integrasi serta reintegrasi. Nabi Muhammad melaporkan kalau terdapat 7 kalangan yang hendak memperoleh naungan dari Allah di akherat. Salah satunya merupakan seseorang pemuda yang hatinya senantiasa terikat dengan masjid buat tidak meninggalkan salat jamaah.

Sejauh ini, masjid bukan lagi jadi tempat buat mempertentangkan masalah-masalah khilafiyah di golongan umat Islam. Masjid diutamkan sebgai tempat melaksanakan salat berjamaah yang menyimbolkan konsep kesetaraan. Mengendepkan ego buat menghargai perbandingan serta bertoleransi satu sama lain. Masjid merupakan simbol kedamaian, bukan kebencian serta amarah.

Pada era Rasulullah, masjid jadi sentra utama segala kegiatan umat Islam generasi dini tercantum cikal bakal kejayan peradaban dunia. Kala itu, masjid digunakan selaku sentra kegiatan- kegiatan pembelajaran, ialah tempat pembinaan serta pembuatan kepribadian umat, apalagi masjid pula digunakan selaku jadi sentra aktivitas politik, ekonomi, sosial serta budaya umat.

Tidak terdapat sedikit juga ruang di muka bumi, apalagi alam semesta, yang bukan masjid. Bila menyadari keberadaan manusia yang mustahil keluar dari masjid, hingga jangan melaksanakan pantangan- pantangan yang dilarang dicoba di dalam masjid, semacam berbohong, maksiat, korupsi, menewaskan, serta berbuat kriminal. “Masjid” sangat suci buat dikotori manusia yang tidak menguasai hakekat keberadannya.***

Post a Comment

Previous Post Next Post